Sabtu, 07 April 2018

Hadits Tarbawi



BAB II
PEMBAHASAN

Keyword: Hadits tentang Etika Belajar Mengajar
  1. Pengertian Etika, Belajar dan Mengajar
1.      Etika
Secara Etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
2.      Belajar
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
3.      Mengajar
Mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyam[aikan pengetahuan kepada siswa sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan (baik yang ada dikelas maupun diluar kelas), dan memberikan stimulus, bimbingan pengarahan serta dorongan kepada siswa.[1]
B.  Etika Belajar 
Dalam menjelaskan keutamaan belajar Al Ghazzali  mempertegas dengan ayat Al Qur’an  QS. At-Taubah: 122.[2] Kemudian dalam QS An-Nahl: 43.[3]Juga diperjelas dengan Al-Hadits, Rasululloh SAW bersabda:

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُطْلُبُ الْعِلُمَ وَلَوْ بِاالصِّيْنِ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمَ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتِهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا يَطْلُبُ ( رَوَاهُ اِبْنِ عَبْدِ الْبَرِّ )

                 Artinya: Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr).
Selanjutnya, al-Ghazali menguraikan hal-hal yang harus dipenuhi murid dalam proses belajar mengajar sebagaimana berikut:
1.      Belajar merupakan proses jiwa
2.      Belajar menuntut konsentrasi
3.      Belajar harus didasari sikap teawadhu’
4.      Belajar bertukar pendapat hndaklah telah mantap pengetahuan dasarnya
5.      Belajar harus mengetahui nilai dan tujuan ilmu pengetahuan yang dipelajari
6.      Belajar secara bertahap
7.      Belajar tujuannya adalah untuk berakhlakul karimah
Sedangkan dalam etika belajar, Al-Ghazali menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
1.      Membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.
2.      Menyedikitkan hubungannya dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi dalam apa yang menjadi fokusnya.
3.      Tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap guru.
Sebagaimana Hadits berikut;

عَنْ عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَعَلَّمُ الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةِ وَالْوَقَارِ وَتَوَضَّئُوْا لِمَنْ تَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ (رَوَاهُ اَبُوْ نُعَيْمِ )

Artinya: “Dari Umar Ibnul Khattab R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan tenang dan sopan, rendah hatilah kamu kepada orang yang belajar kepadanya” (H.R Abu Nu’aim)
Adapun etika seorang pelajar terhadap gurunya antara lain:
a.       Janganlah seorang pelajar berjalan di depan gurunya
b.      Janganlah memulai perkataan kecuali dengan izinnya
c.       Harus menjaga setiap perkataan
Sebagaimana disebutkan dalam Mahfudzot:
اذا تم العقل قل الكلام

Artinya: “Apabila akal seseorang telah sempurna, maka sedikitlah bicaranya.”
d.  Tidak banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak di sukainya, akan tetapi seorang pelajar dapat menggunakan waktunya dengan baik
e.   Janganlah mengetuk pintu rumahnya, akan tetapi dia harus bersabar hingga guru tersebut keluar
4. Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.
5.   Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakannya.
6.   Janganlah mengkhususkan pada satu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.
7.   Jangan terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.
8.      Harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya. Seorang murid terlebih dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan prioritas ilmu yang akan dipelajari.
9.      Pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah dan bukan karena harta dan lain sebagainya.
10.  Harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting (yu’atsar al-rafi’ al-qarib ‘ala al-ba’id).
C.    Etika Mengajar
Al-Ghazali menjelaskan dasar hukum dan dalil bahwa mengajarkan ilmu itu wajib dalam QS. Ali Imran: 187[4]. Ayat lain menjelaskan tentang larangan menyembunyikan ilmu dalam QS Al Baqarah: 283[5]
Rasulullah bersabda:

مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ التِّرْمِذِيْ)

            Artinya: “ Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu yang ia ketahui kemudian ia menyembunyikannya (tanpa menjawabnya), maka kelak ia dikendalikan di hari kiamat dengan kendali yang terbuat dari api neraka.” (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
Selanjutnya diperjelas lagi dalam beberapa hadist, diantaranya Nabi SAW bersabda “Sebaik-baik pemberian adalah kata-kata yang mengandung hikmah. Engkau mendengar lalu engkau menyimpannya baik-baik, kemudian engkau menyampaikan kepada saudaramu sesama Muslim, engkau mengajarinya. Amalan itu setara dengan ibadah setahun”. Perkataan sahabat dan ahli hikmah mengenai keutamaan ilmu diantaranya dari Ibnu Abbas Ra, “Orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang banyak, niscaya semua makhluk  akan memintakan ampunan baginya, bahkan ikan di lautan”.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru profesional, Al-Ghazali menyebutkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Guru adalah orang tua kedua bagi murid
Sebagaimana hadits berikut;

عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا اَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِهِ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ و النَّسَاءِ وَابْنُ حِبَّانِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Sesungghnya aku bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya”. (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban)
2.      Guru adalah pewaris ilmu nabi
3.      Guru adalah penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan murid
4.      Guru adalah sentral figur bagi murid
5.      Guru adalah motivator bagi murid
6.      Guru adalah seseorang yang memahami tingkat perkembangan intelektual murid
7.      Guru sebagai teladan bagi murid
Al Ghazzali menjelaskan tentang kewajiban dan etika yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
1.      Memperlakukan para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri.
Sebagaimana Hadits berikut:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الْأَمْرِ كُلِّهِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai berlaku lemah lembut dalam segala sesuatu”
2.      Tidak bersikap diskriminasi terhadap murid
Sebagaimana hasits berikut:

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ يُعْطِيْ كُلَّ جُلُسَائِلِهِ بِنَصِبِهِ لَا يَحْسَبُ جَلِيْسُهُ أَنَّ اَحَدًا أَكْرَمُ عَلَيْهِ مِنْهُ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ)

Artinya: “Dari Ali R.A ia berkata: “Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap orang yang hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga diantara mereka tidak ada yang merasa paling diistimewakan.” (H.R Tirmidzi).
3.      Mengikuti teladan Rasul, tidak mengharap upah, balasan ataupun ucapan terima kasih (ikhlas).
4.      Jangan lupa menasehati murid tentang hal-hal yang baik.
5.      Jangan lupa menasehati murid dan mencegahnya dari akhlak tercela, tidak secara terang-terangan tapi hendaknya gunakan sindiran. Jangan lupa untuk mengerjakannya terlebih dahulu karena pendidikan dengan sikap dan perbuatan jauh lebih efektif daripada perkataan.
6.      Jangan menghina disiplin ilmu lain.
7.      Terangkanlah dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman mereka.
8.      Hendaknya seorang guru harus mengajar muridnya yang pemula dengan pelajaran yang simpel dan mudah dipahami, karena jika pelajarannya terlalu muluk-muluk maka hal tersebut akan membuat murid merasa minder dan tidak percaya diri.
Sebagaimana Hadits berikut;

عَنْ أَنَسٍ اِبْنِ مَالِكٍ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تَنَفَّرُوْا وَكَانَ يُحِبُّ الْتَخْفِيْفِ وَالتَّيْسِرِ عَلَى النَّاسِ  (رواه البخارى)

      Artinya: “Dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda: Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan bergembiralah dan jangan bercerai berai, dan beliau suka pada yang ringan dan memudahkan manusia” (H.R Bukhori)
9.      Seorang guru harus menjadi orang yang mengamalkan ilmunya

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )

Artinya: “Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah”. (H.R Ad-Dailami) D Syarat-syarat Dalam Belajar (Menuntut Ilmu)
1.        Syarat-syarat Ilmu yang akan dipilih
Bagi setiap pelajar hendaknya memilih ilmu yang terbaik baginya dan ilmu yang dibutuhkannnya dalam urusan agama, pada masa sekarang dan ilmu yang dibutuhkannya pada masa mendatang.Hendaknya ia memprioritaskan pada ilmu tauhid dan mengenal Allah dengan dalilnya, karena keimanan secara taklid (mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui dalilnya), meskipun sah menurut kita tetapi berdosa, karena tidak berusaha mengkaji dalilnya.Hendaknya ia memilih ilmu-ilmu lama dan hindarilah ilmu-ilmu baru. Para ulama berkata pelajarilah ilmu-ilmu lama dan hindarilah ilmu-ilmu yang baru. Hindarilah perdebatan yang merajalela sesudah kepergian ulama’ besar karena perdebatan itu dapat menjauhkan para pelajar dalam memahami fiqh, menyia-nyiakan umur, menyebabkan timbunya kebencian dan permusuhan, hal itu merupakan tanda-tanda hari kiamat akan segera tiba serta lenyapnya ilmu dan fiqh. Demikianlah keterangan dalam hadits Nabi saw.
2.        Syarat dalam memilih Guru dan Musyawarah
Adapun dalam memilih guru, sebaiknya memilih orang yang lebih alim (pandai), wara’ (menjaga diri), dan lebih tua, sebagaimana saat Abu Hanifah memilih Imam Hammad bin Sulaiman sebagai gurunya setelah melalui pertimbangan dan pemikiran.
Dan hendaknya kepada setiap pelajar untuk selalu bermusyawarah dalam setiap urusan. Sebagaimana Allah swt. Telah  memerintahkan rasul untuk bermusyawarah dalam segala hal, dan tak ada satupun dari kita yang mampu menyamai kepintarannya dengan sang khaliq, sampai-sampai beliau (Rasulullah saw.) bermusyawarah dalam urusan perihal rumah tangga. 

3.        Syarat dalam memilih Teman
Kita sebagai seorang pelajar harus pandai-pandai dalam perihal memilih teman bergaul, terutama dalam hal belajar, diantaranya; kita harus memilih teman yang Mujiddu (orang yang bersungguh-sungguh), wara’ (menjaga diri), orang yang jauh dari malas, pengangguran, banyak berbicara yang tidak bermanfa’at, perusak dan orang yang suka fitnah.
Dalam kitab ta’limul muta’allim, diterangkan:
Ingatlah! kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam syarat :
a.       Cerdas, cepat faham
b.      Tamak, tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat.
c.       Sabar dalam mencari ilmu dan mengabdi pada guru.
d.      Punya uang,modal buat menuntut ilmu.
e.       Ada gurunya yang bisa selalu memberi petunjuk dan mengajarkan ilmu      dan kebijaksanaan dengan benar.
f.       Lama dalam menuntut ilmu/menuntut ilmu dalam waktu yang lama.
E.     Manfaat Belajar
Diantara sekian banyak nikmat Allah yang telah kita rasakan, ada satu nikmat yang melandasi datangnya nikmat-nikmat yang lain, yaitu ilmu. Sebab dengan ilmu, seseorang akan dapat memahami berbagai hal dan karena ilmu juga, seseorang akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah, juga di kalangan manusia. Terutama jika disertai dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Baik dia seorang budak atau orang merdeka, seorang bawahan atau atasan, seorang rakyat jelata ataupun para raja.




Allah SWT berfirman:

يَـأَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِذَاقِيْـلَ لَكُمْ تَفَـسَّحُوْافِيْ الْمَجَلِسِ فَافْـسَحُوا يَفْـسَحِ اللهُ لَكُمْۖ وَإِذَا قِيْـلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَتٍۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبْيْرٌ[6]

Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
                       
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَـذَا الْكِـتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur’an beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya.”
Dalil di atas menegaskan bahwa orang yang berilmu dan mengamalkannya maka kedudukannya akan diangkat derajatnya oleh Allah di dunia dan akan dinaikkan derajatnya di akhirat.Allah SWT menolak persamaan antara orang-orang yang memiliki ilmu dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu. Sebagaimana Dia menolak persamaan antara para penghuni Surga dengan para penghuni Neraka.
Allah berfirman dalam QS. Az-zumar: 9

ُـلْ هَـلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُون[7]

Ayat di atas berbentuk kalimat tanya, akan tetapi pada hakikatnya mengandung arti pengingkaran. Karena orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu tidak akan pernah setara kedudukannya. Yang dapat memahami maksud tersebut hanyalah orang yang cerdas, sehingga dia dapat mengetahui nilai ilmu, kedudukan dan keutamannya.
Sementara itu, dalam firman-Nya yang lain, Allah SWT menyatakan:

لاَيَسْتَوِى أَصْحَبُ النَّارِ وَأَصْحَبُ الْجَنَّةِۗ …[8]

Ini menunjukkan tentang puncak dari keutamaan dan kemuliaan orang yang berilmu. Bahkan karena kemuliaan ilmu, Allah membolehkan kita untuk memakan hasil buruan anjing yang terlatih (untuk berburu) dan mengharamkan memakan buruan anjing yang tidak terlatih. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT;

يَسْـئَلُوْنَكَ مَاذَآ أُحِـلَّ لَهُمْۗ قُلْ أَحِـلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَتُ وَمَاعَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِيْنَ تُعَـلِّمُوْنَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللهُ فَـكُلُوْا مِمَّآ أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوااسْمَ اللهِ عَلَيْهِۖ وَاتَّقُوااللهَۗ إِنَّ اللهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ[9]

Ayat di atas menunjukkan bahwa binatang menjadi mulia karena ilmu dan diberi kedudukan yang berbeda dengan binatang yang tidak berilmu. Seandainya bukan karena keutamaan ilmu, niscaya hasil buruan anjing yang terlatih dan tidak terlatih statusnya sama, yakni haram hukumnya untuk dikonsumsi. Akan tetapi, hewan yang ditangkap anjing pemburu statusnya halal, tidak sebagaimana hasil buruan anjing liar.
F.     Manfaat Mengajar
1.      Memberikan ilmu serta menyalurkannya
2.      Membentuk  pribadi yang bagus dan disiplin
3.      Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh
4.      Dengan mengajar maka kita terdidik pula
5.      Tauladan yang baik
6.      Melatih mental dan kepribadian
7.      Sarana untuk melatih diri sendiri
8.      Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran: 110[10]. Maka dari itu kita harus menjadi guru professional. Guru profesional adalah orang yang memiliki  kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsi nyasebagai guru dengan kemampuan maksimal.
1.      Syarat-syarat menjadi guru professional yaitu:
a.       Harus menguasai ilmu yang akan kita sampaikan dan bisa menjadi contoh yang baik untuk anak didik
b.      Memiliki inovasi dalam praktek pengajarannya
c.       Mencintai pekerjaan dan siswanya serta mengarahkan segala potensi untuk mencapai tujuan pendidikan
d.      Membekali diri dengan pengetahuan yang bermanfaat
e.       Menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya
f.       Pemaaf dan toleransi
g.      Melaksanakan terlebih dahulu apa yang ia perintahkan kepada murid
h.      Menyadari bahwa tugas nya sebagai guru sangatlah berat
i.        Menyerupai tugas para Nabi sebagai petunjuk serta mengajarkan kepada umat manusia
2.      Kriteria guru yang profesional, diantaranya :
a.       Suka mencoba ide baru saat mengajar
b.      Memikirkan anak-anak yang lambat dalam belajar, dan anak-anak yang cepat tanggap dalam belajar
c.       Memikirkan strategi yang baik dalam mengajar, dan mengatur kelas. Dalam mengatur kelas, diusahakan kelas aman dan nyaman supaya anak didik fokus dalam belajar,
d.      Masuk ke kelas lebih dulu untuk mempersiapkan media pembelajaran
e.       Selalu menyemangati anak didik dalam proses belajar
G.    Keutamaan Belajar
Ayat-ayat yang menerangkan keutamaan belajar yaitu firman Allah SWT:

فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ[11]


Dan dalam firman Allah SWT:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ[12]

Adapun beberapa hadits Rasulullah SAW berikut:

فقوله صلى الله عليه وسلم :  من سلك طريقا يطلب فيه علما سلك الله به طريقا إلى الجنة.

(Man salaka thariiqan yathlubu fiihi 'ilman salakallaahu bihi tharii- qan ilal jannah).
Artinya :"Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke sorga". Dirawikan Muslim dari Abi Hurairah

 إن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضاء بما يصنع

(Innal malaaikata latadla'u ajnihatahaa lithaalibil 'ilmi ridlaa-an bi- maa yashna'u).
Artinya: Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda rela dengan usahanya itu". Dirawikan Ahmad. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Shafwan bin Assai.

 لأن تغدو فتتعلم بابا من العلم خير من أن تصلي مائة ركع  

(Lian tahgduwa fatata'allama baaban minal 'ilmi khairun min an tushalliya mi-ata rak'atin).
Artinya :"Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka'at" Dirawikan Ibnu Abdul-Birri dari Abi Dzar.
Bersabda Nabi SAW:

باب من العلم يتعلمه الرجل خير له من الدنيا وما فيها

(Baabun minal 'ilmi yata'allamuhur rajulu khairun lahuu minad dunyaa wa maa fiihaa).
Artinya :"Suatu bab dari ilmu yang dipelajari seseorang, adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya". Dirawikan Ibnu Hibban dan Ibnu Abdul-Birri dari Al-Hasan Al-Bashari.
Bersabda Nabi SAW:

اطلبوا العلم ولو بالصين

(Uthlubul 'ilma walau bish shiin)
Artinya :"Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun". Dirawikan Ibnu Uda dari Al-Baihaqi dan Anas.
Bersabda Nabi SAW;

 طلب العلم فريضة على كل مسلم

(Thalabul 'ilmi fariidlatun 'alaa kulli muslim).
Artinya :"Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim ".
Bersabda Nabi SAW:

عَنْ اِبْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْعِلْمُ خَزَئِنُ وَمَفَتِحُهَا اَلسُؤَّالُ أَلَا فَسْئَلُوْا فَإِنَّهُ يُؤَجَّرُ فِيْهِ اَرْبَعَةٌ : اَلسَّائِلُ وَالْعَالِمُ وَالْمُسْتَمِعُ وَالْمُحِبُّ لَهُمْ ( رَوَاهُ اَبُوْا نُعَيْمِ )
Artinya: “Dari Ibnu Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup rapat), dan sebagai anak kunci pembukanya adalah pertanyaan. Oleh karena itu, bertanyalah kalian, karena sesungguhnya dalam tanya jawab akan diberi pahala empat macam, yaitu penanya, orang yang berilmu, pendengar dan orang yang mencintai mereka.” (Diriwayatkan oleh Abu Mu’aim).
Bersabda Nabi SAW:

وقال صلى الله عليه وسلم:لا ينبغي للجاهل أن يسكت على جهله ولا للعالم أن يسكت على علمه[13]

(Laa yanbaghii lil-jaahili an yaskuta 'alaa jahlihi walaa lil-'aalimi an yaskuta 'alaa 'ilmihi).
Artinya :"Tak wajarlah bagi orang yang bodoh, berdiam diri atas ke bodohannya. Dan tak wajarlah bagi orang yang berilmu, berdiam diri atas ilmunya".Dirawikan Ath-Thabrani dan Abu Na'lm dari Jabir. Dengan sanad dla'if.
H.    Keutamaan Mengajar
Ayat-ayat yang menerangkan keutamaan mengajar, yaitu firman Allah SWT;

وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ[14]

Dan firman Allah SWT:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُونَهُ[15]

Dan firman Allah SWT:

وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ[16]

Ini menunjukkan haram menyembunyikan ilmu, seperti firmanNya tentang menjadi saksi: Firman Allah SWT;

وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ[17] 

Rasulullah SAW., bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم: ما آتى الله عالما علما إلا وأخذ عليه من الميثاق ما أخذ على النبيين أن يبينوه للناس ولا يكتموه

Artinya :Tidak diberikan oleh Allah kepada seseorang yang berilmu akan ilmu, melainkan telah diambilNya janji seperti yang diambilNyakepada nabi-nabi, bahwa mereka akan menerangkan ilmu itu kepada manusia dan tidak akan menyembunyikannya Dirawikan Abu Na'im dari Ibnu mas'ud.
Dan firman Allah swt:
 
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا[18]

Berfirman Allah Ta'ala:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ[19]
Adapun hadits yang menerangkan keutamaan mengajar, yaitu sabda Nabi saw. kepada Mu'az ketika diutusnya ke Yaman:

لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من الدنيا وما فيها

(Li-an yahdiyallaahu bika rajulan waahidan khairun laka minad dun-ya wa maa fiihaa).
Artinya :"Bahwasanya dengan sebabmu diberi petunjuk oleh Allah akan seseorang, lebih baik bagimu daripada dunia dan isinya". Dirawikan Ahmad dari Mu'adz.
Rasulullah SAW., bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم : من تعلم بابا من العلم ليعلم الناس أعطي ثواب سبعين صديقا

(Man ta'allama baaban minal 'ilmi liyu'alliman naasa u'thiya tsawaaba sab'iina shiddiiqaa).
Artinya: “Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkannya kepada manusia, maka ia diberikan pahala tujuh puluh orang shiddiq (orang yang selalu benar, membenarkan Nabi, seumpama Abu Bakar Shiddiq ". Dirawikan Abu Manshur Ad-Dailami dari Ibnu Mas'ud, dengan sanad dla'if.
Bersabda Nabi Isa as:
 من علم وعمل وعلم فذلك يدعى عظيما في ملكوت السموات

(Man 'alima wa 'amila wa aliama, fadzaalika yud'aa adhiiman fii malakuutis samaawaat).
Artinya:"Barangsiapa berilmu dan beramal serta mengajar, maka orang itu disebut "orang besar" di segala petala langit".



Rasulullah SAW., bersabda;

وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  إذا كان يوم القيامة يقول الله سبحانه للعابدين والمجاهدين ادخلوا الجنة فيقول العلماء بفضل علمنا تعبدوا وجاهدوا فيقول الله عز وجل أنتم عندي كبعض ملائكتي اشفعوا تشفعوا فيشفعون ثم يدخلون الجنة

Arinya: "Apabila datang hari qiamat nanti, maka berfirman Allah swt. kepada orang 'abid dan orang berjihad : "Masuklah ke dalam sorga!'.' Maka berkata para ulama : "Dengan kelebihan pengetahuan kami, mereka beribadah dan berjihad". Maka Allah SWT berfirman: "Kamu disisiKu seperti sebahagian malaikatKu. Berbuatlah syafa'at, niscaya kamu mendapat syafa'at. Lalu mereka berbuat syafa'at. Kemudian merekapun masuk sorga". Dirawikan Abu Manshur Ad-Dailami dari Ibnu Mas'ud, dengan sanad dla'if.
Dan ini, sesungguhnya merupakan sebagian ilmu yang berkembang dengan memberi pengajaran. Tidak ilmu yang beku yang tidak berkembang.
Rasulullah SAW., bersabda:

عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)

Artinya: “Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori (. Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr.
Rasulullah SAW., bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم:  من علم علما فكتمه ألجمه الله يوم القيامة بلجام من نار

(Man 'alima 'ilman fakatamahu aljamahullaahu yaumal qiyaamati bilijaamin min naar).
Artinya:"Barangsiapa mengetahui sesuatu ilmu, lalu menyembunyikannya, maka ia dikenakan oleh Allah kekang, dengan kekang api neraka, pada hari kiamat".Dirawikan Abu Dawud & At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, Kata At-Tirmidzi,hadits hasan.
Rasulullah SAW., bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم: نعم العطية ونعم الهدية كلمة حكمة تسمعها فتطوى عليها ثم تحملها إلى أخ لك مسلم تعلمه إياها تعدل عبادة سنة

Artinya: "Sebaik-baik pemberian dan hadiah ialah kata-kata berhikmah. Engkau dengar lalu engkau simpan baik-baik. Kemudian engkau bawakan kepada saudaramu muslim. Engkau ajari dia. Perbuatan yang dernikian, menyamai 'ibadah setahun ".Dirawikan Ath-Thabranl dari Ibnu Abbas, isnad dla'if.
Rasulullah SAW., bersabda:

 الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله سبحانه وما والاه أو معلما أو متعلما

(Ad-dun-yaa raal'uunatun mal'uunun maa fiihaa illaa dzikrallaahi subhaanahu wa maa waalaahu au mu'alliman au muta'alliman).
Artinya :"Dunia itu terkutuk bersama isinya, selain berdzikir kepada Allah swt. dan apa yang disukai Allah atau menjadi pengajar atau pelajar'.Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Kata At-Tirmidzi, hadits hasan, gharib.
Rasulullah SAW., bersabda:

ن الله سبحانه وملائكته وأهل سمواته وأرضه حتى النملة في جحرها حتى الحوت في البحر ليصلون على معلم الناس الخير

Artinya :Bahwasanya Allah swt. malaikat-malaikatNya, isi langit dan bumi Nya, sampai kepada. semut di dalam lobang dan ikan di dalam laut, semuanya berdo'a kebajikan kepada orang yang mengajarkan manusia. Dirawikan At-Tirmidzi dari Abl Amamah. Katanya hadis gharib.
Rasulullah SAW., bersabda:

 ما أفاد المسلم أخاه فائدة أفضل من حديث حسن بّلغه فبلَّغه

(Maa afaadal muslimu akhaahu faaidatan afdlala min hadiitsin hasanin, balaghahu fa ballaghahu).
Artinya :"Tiadalah seorang muslim memberi faedah kepada saudaranya, yang lebih utama dari pembicaraan yang baik, yang sampai kepadanya, lalu disampaikannya kepada saudaranya itu". Dirawikan Ibnu dari Muhammad bin Al-Munkadlr, hadits mursal.
Rasulullah SAW., bersabda:

 كلمة من الخير يسمعها المؤمن فيعلمها ويعمل بها خير له من عبادة سنة

(Kalimatun minal khairi yasma'uhal mu'minu fayu'allimuhaa wa ya'malu bihaa khairun lahu min 'ibaadati sanah). 
Artinya :"Sepatah kata kebajikan yang di dengar oleh orang mu'min, lalu diajarinya dan diamalkannya, adalah lebih baik baginya dari ibadah setahun". Dirawikan Ibnul Mubarak dari Zald bin Aslam, hadits mursal.
Pada suatu hari Rasulullah keluar berjalan-jalan, lalu melihat dua majelis. Yang satu, mereka itu berdo'a kepada Allah dan ingin kepadaNya hati. Yang kedua mengajarkan manusia.

Maka Rasulullah SAW., bersabda:

أما هؤلاء فيسألون الله تعالى فإن شاء أعطاهم وإن شاء منعهم وأما هؤلاء فيعلمون    الناس وإنما بعثت معلما ثم عدل إليهم وجلس معهم

Artinya: "Adapun mereka itu bermohon kepada Allah Ta'ala. Jika dikehendakiNya, maka dikabulkanNya. Jika tidak dikehendakiNya, maka ditolakNya. Sedang mereka yang satu majelis lagi, mengajarkan manusia dan aku ini diutuskan untuk mengajar".Kemudian Nabi menoleh ke majelis orang mengajar, lalu duduk bersama mereka. Diwarikan ibnu Majah dari Abdullah bin 'Amr, dengan sanad dlaif.
Rasulullah SAW., bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم: مثل ما بعثني الله عز وجل به من الهدى والعلم كمثل الغيث الكثير أصاب أرضا فكانت منها بقعة قبلت الماء فأنبتت الكلأ والعشب الكثير وكانت منها بقعة أمسكت الماء فنفع الله عز وجل بها الناس فشربوا منها وسقوا وزرعوا وكانت منها طائفة قيعان لا تمسك ماء ولا تنبت كلأ

Artinya: "Contohnya aku diutuskan oleh Allah dengan petunjuk dan ilmu, adalah seumpama hujan lebat yang menyirami bumi. Diantaranya ada sepotong tanah yang menerima air hujan itu, lalu menumbuhkan banyak rumput dan ilalang. Diantaranya ada yang dapat membendung air itu, lalu dimanfa'atkan oleh Allah SWT kepada manusia. Maka mereka minum, menyiram dan bercocok tanam. Dan ada sebahagian tempat yang rata, yang tidak membendung air dan tidak menumbuhkan rumput". Diwarikan Al-Bukharl dan Muslim dari Abi Musa.
Contoh pertama disebutnya, adalah sebagai tamsil teladan bagi orang yang dapat mengambil faedah dengan ilmunya. Contoh kedua disebutnya, ialah bagi orang yang dapat memanfa'atkannya. Dan contoh ketiga adalah bagi orang yang tak memperoleh apa-apa dari yang dua itu.
Rasulullah SAW., bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم :  إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث علم ينتفع به

Artinya:"Apabila mati seorang anak Adam, putuslah amal perbuatannya selain dari tiga perkara, yaitu ilmu yang dimanfa'atkan". Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah. yang disebut di sini, hanya satu. Maka dua lagi, ialah : sadekah jariah (waqaf) dan anak yang shaleh yang berdoa kapadanya.
Rasulullah SAW., bersabda:

الدال على الخير كفاعله

(Ad-dallu 'alal khairi kafaa'ilih).
Artinya:"Menunjuk kepada kebajikan, adalah seperti mengerjakannya. Dirawikan At-Tirmldzi dari Anas, katanya : hadits gharib
Rasulullah SAW., bersabda:

لا حسد إلا في اثنتين رجل آتاه الله عز وجل حكمة فهو يقضي بها ويعلمها الناس ورجل آتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الخير

(Laa hasada illaa fitsnataini : rajulin aataahullaahu 'azza wa jalla hikmatan fahuwa yaqdlii bihaa wa yu'allimuhan naasa wa rajulin aataahullaahu maalan fasallathahu 'alaa halakatihi fil khair).
Artinya: "Tak boleh iri hati selain pada dua: pertama pada orang yang dianugerahi Allah Ta'ala ilmu, maka ditegakkannya keadilan dengan ilmunya dan diajarkannya manusia. Dan kedua pada orang yang diberikan oleh Allah Ta'ala harta, maka dipergunakannya pada jalan kebajikan". Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari ibnu Mas'ud.[20]


[2] Artinya: “ Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”. ( QS. At-Taubah: 122) . Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, ( Bandung: Diponegoro, 2012 ), cet.ke-10, hlm. 206
[3] Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada irang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. ( QS. An-Nahl: 43 ). Ibid, hlm. 272
[4] Artinya: “ Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi kitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya, lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual beli yang mereka lakukan”( QS. Ali-Imran: 187 ). Ibid, hlm. 75
[5] Artinya: “ Dan jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, tuhan-Nya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh hatinya kotor (berdosa). Allah maha mengetahui apa yang kamu kerajakan”.( QS. Al-Baqarah: 283 ). Ibid, hlm. 49 
[6] Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “ Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramudan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan”( QS. Al-Mujadallah: 11). Ibid, hlm. 543
[7] Artinya: “ Katakanlah: “ Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengatahui?” ( QS. Az-zumar: 9). Ibid, hlm. 459
[8] Artinya: “Tidak sama para penghuni neraka dengan para peenghuni syurga” ( QS. Al-Hasyr: 20).Ibid, hlm. 548
[9] Artinya: “ Mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ), “ Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”, katakanlah, “ Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang telah ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah maha cepat perhitungannya” ( QS. Al-Maidah: 4). Ibid, hlm. 107  
[10] Artinya:” Kamu ( umat islam ) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusi, ( karena kamu ) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik” ( QS. Ali-imran: 110 ). Ibid, hlm. 64
[11] Artinya: “ Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama…” (QS. At-Taubah: 122). Ibid, hlm. 206
[12] Artinya: “… Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” ( QS. An-Nahl: 43). Ibid, hlm. 272
[14] Artinya: “ Supaya merekadapat memberikan peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, mudah-mudahan mereka berhati-hati (dapat menjaga dirinya)”.  Yang dimaksud adalah mengajar dan memberi petunjuk ( QS. At-Taubah: 122 ). Departemen Agama, Al-Qur’an, hlm. 206
[15] Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “ Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi ktab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya”. ( QS. Ali-Imran: 187 ), ini membuktikan akan kewajiban mengajar Ibid, hlm. 75
[16] Artinya: “ Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahuinya”. ( QS. Al-Baqarah: 146), Ibid, hlm. 146
[17] Artnya: “ Dan jangalah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (Berdosa)”. ( QS. Al-Baqarah: 283 ), Ibid, hlm. 49
[18] Artinya: “ Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan”. (QS. Fussilat: 33), Ibid, hlm. 480
[19] Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik”. ( QS. An-Nahl: 125), Ibid, hlm. 281




[1] http: // www.uharsputra.wordpress.com/pendidikan/ Kewajiban Belajar, Mengajar dan Pembelajaran, ( Diunduh tanggal 1 April 2016 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS BANNER KOM IT